Barang
siapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertakwa kepada Allah dan taat
kepada-Nya, serta menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah SWT
mengampuni dosanya dan menyelamatkannya pada tahun itu dari segala macam
bencana, dan dari bermacam-macam penyakit."
Menurut As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al Malikiy dalam kitab beliau ‘Madza fi Sya’ban’, dalam bulan Sya’ban ini ada kejadian-kejadian besar yang berkaitan erat dengan perjalanan hidup umat. Kejadian-kejadian tersebut diantaranya: Allah berkenan untuk merubah arah kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsho ke arah Masjidil Haram, yang sebelumnya tatkala umat Islam berada di Kota Madinah, jika melakukan shalat kiblatnya mengarah ke arah Baitul Maqdis.
Apa yang mereka
lakukan ini menjadi bahan cemoohan orang-orang Yahudi di Kota Madinah. Mereka
mengatakan, katanya Muhammad membawa risalah dan agama baru yang lengkap. Tapi
ternyata kiblat mereka masih menggunakan kiblatnya orang Yahudi, yaitu Baitul
Maqdis. Ucapan tersebut, bagi sebagian umat Islam yang baru masuk
Islam dan sangat tipis imannya, sudah lebih dari cukup untuk memurtadkan mereka
kembali. Sehingga kondisi ini menjadi pemikiran yang sangat mendalam bagi Nabi
SAW. Karena itu, Nabi selalu berdoa dan sering melihat keatas berharap ada
firman Allah, yang memberi solusi masalah ini. Kemudian tepatnya pada 15
Sya’ban, Allah berkenan memindah kiblat umat Islam menuju Masjidil Harom. Pada
bulan Sya’ban, segala amal manusia dalam jangka waktu satu tahun dilaporkan
kehadirat Allah SWT. Sebagaimana hadits yang disampaikan sahabat Usamah bib
Zaid ra. ; “Saya pernah berkata: Ya Rasulullah! Saya tidak melihat Anda
berpuasa penuh pada bulan lain, seperti puasa Anda di bulan Sya’ban ini? Beliau
menjawab: Pada bulan ini adalah sebuah bulan yang banyak dilalaikan oleh umat
manusia, dan dia berada diantara Rajab dan Ramadhan yang pada bulan tersebut
seluruh amal manusia dilaporkan ke hadirat Allah, maka aku senang tatkala amal
ibadahku dilaporkan sedang aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. An-Nasaiy). Pada
bulan ini, khususnya pada malam nisfu Sya’ban, Allah berkenan untuk menentukan
umur manusia. Seperti dalam hadits Aisyah ra, yang pernah bertanya kepada Nabi
SAW : Wahai Rasulullah, apakah bulan yang Anda paling sukai untuk melakukan
puasa adalah bulan Sya’ban? Beliau menjawab: Sesungguhnya Allah pada bulan ini
menetapkan setiap jiwa manusia yang akan mati pada satu tahun ke depan, maka
aku senang tatkala ajalku tiba aku sedang dalam keadaan puasa.” Karenanya,
para ulama salaf menganjurkan pada malam nisfu Sya’ban setelah maghrib
mengadakan acara khusus dengan membaca surah Yasin tiga kali, dengan niatan,
semoga dipanjangkan umur dalam ibadah kepada Allah. Kedua, dengan niatan semoga
dijauhkan dari segala balak dan musibah. Ketiga, kita berdoa agar selalu diberi
kecukupan dunia oleh Allah SWT. Selain itu, dianjurkan untuk memperbanyak
bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dengan iringan doa dan istighfar.Menurut As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al Malikiy dalam kitab beliau ‘Madza fi Sya’ban’, dalam bulan Sya’ban ini ada kejadian-kejadian besar yang berkaitan erat dengan perjalanan hidup umat. Kejadian-kejadian tersebut diantaranya: Allah berkenan untuk merubah arah kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsho ke arah Masjidil Haram, yang sebelumnya tatkala umat Islam berada di Kota Madinah, jika melakukan shalat kiblatnya mengarah ke arah Baitul Maqdis.
Wallohu a'lam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar