Kita harus senantiasa menyadari, bahwa kita hidup di dunia ini untuk
semata mengabdi kepada Allah SWT. Mengumpulkan amal saleh dari detik ke
detik, dari hari ke hari, sebagai bekal untuk mencapai ridhaNya. Tidak
ada artinya hidup kita, bila kita kerahkan untuk semata kenikmatan
dunia. Kerena dunia ini hanya sementara. Kita pasti akan meninggalkannya
cepat atau lambat. Pun tidak ada gunanya bila kita bekerja keras hanya
untuk memenuhi keinginan hawa nafsu. Karena hawa nafsu hanya panggilan
sesaat, setelah itu ia akan hilang, meniggalkan dosa-dosa dan menodai
harga diri kita. Allah SWT. dalam rangka ini mengajarkan kepada kita
keikhlsan.
Ikhlash
dalam arti bahwa kita bekerja apa pun hanya dengan niat untuk meraih
ridha Allah semata. Karena hanya dari ikhlash inilah kebahagiaan abadi
akan kita raih. Segala bentuk amal, yang besar sekalipun nilainya di
mata mansuia, tidak ada artinya di mata Allah bila tidak dibarengi
dengan keihklasan. Namun sekecil apapun perbuatan kita, di mata mansuia,
bila dibarengi dengan niatan ikhlash, ia sangat besar nilainya di mata
Allah, dan akan menjadi mercusuar bagi kebahagiaan kita di dunia dan di
akhirat.
Dalam
kesempatan ini akan saya kutipkan beberapa ayat-ayat Al-Qur'an yang
menekankan hakikat keikhlasan ini : Dalam (QS:6:162) Allah berfirman :
"Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah , Tuhan semesta alam ". Dalam (QS:18:110)
ditegaskan bahwa amal saleh itu bukan yang di mata orang banyak nampak
baik, melainkan yang yang dikerjakan semata untuk Allah : "Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal
yangsaleh dan janganlah ia mempersekutukan seseorangpun dalam beribadah
kepada Tuhannya ".
Dalam
(QS:98:5) Allah mengaskan bahwa umat-umat terdahulu (para ahlulkitab)
juga diajarkan untuk berbuat ikhlash dalam buku-buku mereka, karena
keikhlasan inilah inti dari agama yang benar : "Padahal mereka
(ahlulkitab) tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
mengikhlashkan ketaatan kepadaNya, dalam (menjalankan) agama dengan
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan
yang demikian itulah agama yang lurus". Kepada Rasulullah SAW, dalam
(QS:39:2-3) Allah menegaskan : " Sesunguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an
kepadamu (Muhammad), kitab (Al-Qur'an), dengan (membawa) kebenaran. Maka
sembahlah Allah dengan mengikhlashkan keta'atan kepadaNya. Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih dari (syirk dan riya') "
alkhalish ". Kemudian dalam surat yang sama (QS:39:11), Allah
memerintahkan RasulNya SAW, agar mendeklarasaikan hakikat keihklsan ini
kepada umatnya : "Katakanlah (Muhammad) Sesungguhnya aku diperintahkan
supaya menyembah Allah dengan mengikhlashkan ketaatan kepadaNya dalam
(menjalankan) agama ".
Dalam
hadits Rasulullah SAW, banyak sekali contoh-contoh yang menggambarkan
makna keikhlasan ini. Sebuah hadits yang sangat masyhur, diriwayatkan
oleh Imam Bukhari Muslim : dari Umar Bing Khattab, Rasulullah bersabda :
"Bahwa segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwa bagi
tiap-tiap orang adalah apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrah
dengan niat menuju ridha Allah, dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada
Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia (harta atau
kenegahan duni), atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka
hijrahnya itu akan kearah yang ditujunya". Oleh para ulama dalam
buku-buku hadits yang mereka susun, hadits ini selalu diletakkan pada
bab pertama "Bab Niat". Maksudnya apa? Untuk mengingatkan diri mereka,
bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan harus tidak keluar dari rel
keikhlashan ini.
Imam
Muslim dan Imam Ibn majah, meriwayatakan hadits Rasulullah yang
berbunyi : "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada penampilan dan harta
kamu sekalian, melainkan melihat kepada hati dan perbuatan kalian".
Dalam
hadits yang lain Imam Muslim meriwayatkan : bahwa yang pertama kali
kelak di hari kiamat akan dihakimi adalah : Pertama, seorang yang mati
di jalan perang. Ketika ditanya ia menjawab bahwa ia berperang sampai
mati syahid. Dikatakan kepadanya: "Kamu bohong. Kamu berperang dengan
niat supaya kamu dikatakan pemberani. Dan orang-orang sudah menyebut
itu". Kemudian diperintahkan supaya ia dimasukkan kedalam api neraka.
Kedua, Seorang yang mencari ilmu agama dan mengajarkannya, ia
mengajarkan Al-Qur'an. Ketika ditanya, ia menjawab bahwa saya mecari
ilmu dan mengajarkannya, saya juga mengajarkan Al-Qur'an. Lalu dikatakan
kepadanya : "Kamu bohong. Kamu belajar mencari ilmu dengan niat supaya
kamu dikatakan alim, dan orang-orang sudah mengatakan itu". Kemudian
diperintahkan agar orang tersebut dimasukkan ke dalam neraka. Ketiga,
seorang yang dikaruniai limpahan harta kekayaan. Ketika ditanya, kemana
harta itu dipergunakan, ia menjawab bahwa ia telah menginfakkannya ke
jalan-jalan kebaikan. Lalu dikatakan kepadanya: "Kamu bohong, kamu
lakukan itu dengan niat supaya dikatakan kamu dermawan dan orang-orang
sudah mengatakan itu". Lalu diperintahkan supaya orang tersebut diseret
ke dalam api neraka.
Bagaimana
pentingnya keikhlasan sebagai ruh dari sekecil apa pun perbuatan kita,
dan ikhlash merupakan kunci menuju kebahagaiaan kita. Berapa banyak
perbuatan yang menelan keringat dan darah, tapi kemudian sia-sia karena
tidak dibarengi keikhlshan yang jujur. Karenanya, mari kita selalu
hati-hati dalam mengarahkan niat yang bergelora dalam hati kita. Jangan
takut bila perbuatan kita tidak diketahui orang atau tidak dipuji orang.
Karena pujian orang banyak tidak ada artinya bila Allah menolaknya.
Tapi takutlah bila perbutan kita ditolak oleh Allah karena tidak adanya
keikhlasan di dalamya.
Renungkan
hadits Rasulullah berikut ini : "Seandainya sesorang di antara kalian
melakukan suatu kebaikan di tengah padang sahara yang sangat sepi, dalam
ruangan tertutup tanpa pintu, amal itu suatu saat pasti akan ketahuan
juga ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar