Selasa, 25 Oktober 2011

Memaknai Qurban


Kalau kita membaca lebih jauh ayat-ayat al-Quran tentang taqorrub, maka kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih jauh dan mendalam yaitu bahwa ketakwaan dapat dicapai dengan dua jalan, vertikal dan horizontal. Secara vertikal dapat ditempuh dengan berhubungan langsung dengan Tuhan melalui rutual semisal shalat dan puasa. Sedangkan secara horizontal dapat dicapai dengan menjalin hubungan baik, jujur, adil terhadap sesama, dan semacamnya. . Keduanya harus menjadi kesatuan yang utuh untuk mencapai predikat takwa sejati.
Kaitannya dengan qurban, ritual ini juga tidak lepas dari dua dimensi tersebut. Secara vertikal, qurban merupakan salah satu media taqorrub dan mengingat Tuhan yang maha kaya dan maha pemberi. Sedangkan secara horizontal, qurban dapat dijadikan sarana untuk menumbuhkan keimanan dan ketakwaan sosial. Dalam dimensi myang kedua ini, qurban paling tidak memiliki tiga aspek: pertama, materiil. Aspek ini adalah aspek yang paling mudah difahami, oleh orang awam sekalipun.

Senin, 03 Oktober 2011

Anti Tahlil, minta Tahlilan

Ini kisah dari Bekasi, pinggiran kota Metropolitan Jakarta. Dalam lima tahun terakhir ini, pengalaman keagamaan orang-orang di kota besar banyak yang berubah. Mereka yang dulunya dari kampung terbiasa dengan praktek keagamaan tradisional, setelah hijrah ke Jakarta berubah. Termasuk sahabat kita yang satu ini, sebut saja Tukijan.
Dulunya Tukijan adalah jama’ah tahlilan di kampungnya. Tetapi, setelah sering mendapat ceramah dari ustad-ustad di kota, Tukijan menjadi orang yang sangat anti tahlil. Bahkan, Tukijan kini menjadi orang yang sangat sering menyerang dan menantang jama’ah yang masih setia melakukan tahlilan. Tukijan mengatakan bahwa tahlil itu bid’ah dholalah. Bid’ah yang sesat, sehingga mengerjakannya sia-sia bahkan diancam neraka. Sadis memang ucapan Tukijan. Seakan-akan dia sudah mengambil alih tugas Malaikat Rokib dan Atid, tukang catat amal baik dan buruk.